Monday, 03 November 2008
HIRUK-PIKUK pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) selama sekitar satu setengah tahun akhirnya sampai pada ujungnya. Pada 4 November seluruh rakyat Negeri Paman Sam akan memberikan suaranya untuk memilih Presiden AS ke-44.
Melalui pemilu ini, rakyat negeri adi daya ini akan menentukan arah masa depan yang lebih baik. Entah kepada siapa tanggung jawab berat itu akan diberikan, apakah kepada kandidat presiden dari Partai Demokrat Barack Obama atau pada calon presiden dari Partai Republik John Mc- Cain. Memang, berdasarkan sejumlah polling yang dilakukan berbagai lembaga di AS, Obama diunggulkan memenangi persaingan meraih takhta kursi kepresidenan.
Bahkan,pada awal November, berbagai polling mengatakan bahwa Obama berpeluang besar menjadi presiden AS berikutnya karena mendapat dukungan seluruh lapisan masyarakat dari seluruh negara bagian.Termasuk di beberapa kantong suara kubu Republik, seperti di Virginia dan Florida.Artinya, Senator Illinois berusia 45 tahun itu mulai mampu menggalang suara dari kalangan Obamacan, sebutan bagi pengikut Partai Republik yang mendukung Obama.
Besarnya dukungan kepada ”anak Menteng”ini menunjukkan bahwa rakyat AS sangat menginginkan sebuah perubahan.Perubahan itu disandarkan pada Obama yang menjadi harapan untuk menuju AS yang lebih baik. Hal itu tak lepas dari berbagai janji yang selaras dengan cita-cita seluruh rakyat AS, misalnya segera mengakhiri perang di Irak, memperbaiki kebijakan di Timur Tengah, meningkatkan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan perekonomian rakyat.
Singkat kata,Obama menjadi sosok yang populer di mata rakyat AS karena secara tegas menunjukkan sikap menentang kebijakan Presiden George Bush yang dianggap salah menerapkan kebijakan soal isu di dalam negeri dan langkah politik luar negeri. Namun, langkah Obama menuju Gedung Putih tidak selalu berjalan mulus karena dia kerap diterpa berbagai isu tak sedap.
Di antaranya, tentang tudingan dirinya adalah seorang muslim karena berayahkan warga Kenya yang beragama Islam dan tinggal di Indonesia selama empat tahun bersama ayah tirinya yang juga beragam Islam. Ayah dua anak ini pun dituduh kurang memiliki sikap patriotisme dan mentah pengalaman dalam dunia politik. Berbagai tuduhan miring itu digunakan lawan politiknya, seperti McCain untuk menjadi amunisi yang menghancurkan pamor Obama.
Namun, suami dari Michelle Obama ini mampu meredamnya dengan melakukan berbagai manuver yang apik sekaligus kontroversial. Misalnya, dengan menyatakan dirinya sebagai seorang kristiani tulen, siap menghadapi aksi terorisme di dunia, dan mendukung Israel. Obama menunjukkan kepiawaiannya mengelola berbagai isu yang menyerangnya menjadi kekuatan untuk memperkokoh posisinya.
Jebolan Harvard University mampu menempatkan diri sebagai politisi garis tengah yang merangkul semua kalangan. Itu karena dia menyadari bahwa bangsa Amerika terdiri atas berbagai etnis,warna kulit,dan agama. Seperti dalam dirinya mengalir darah perpaduan dari keturunan Afro-Amerika dan kulit putih dari Ibunya—Shiley Ann Dunham—keturunan Suku Cherokee dari Wichita, Kansas.
Jadilah Obama kandidat multikultur yang diharapkan mampu menyatukan seluruh rakyat AS, bukan sekadar calon presiden dari kulit hitam. Bahkan, pengalamannya tinggal di Indonesia, memiliki keluarga dari berbagai bangsa, dan mengenal berbagai agama, diharapkan mampu mengubah pandangan AS dalam berinteraksi dengan dunia internasional.
Untuk mengenal sosok Obama dan pandangan politiknya, dikupas secara baik dalam buku Obama,Tentang Israel, Islam,dan Amerika karya Taufik Rahman dkk yang diterbitkan Penerbit Hikmah. Sementara itu,tentang kehidupan pribadi dan kiprah John McCain sebenarnya, dikupas dalam buku The Real McCain karya Cliff Schecter. Kedua buku ini bisa diperoleh di toko buku Leksika,untuk melengkapi pengetahuan tentang dua sosok kandidat Presiden AS.
Dalam buku The Real McCain yang diterbitkan Zahra Publishing House terungkap bahwa sosok John McCain tak bisa dianggap sebelah mata karena dia merupakan saingan berat bagi Obama untuk menjadi Presiden AS.
Senator Arizona dari Partai Republik ini jika ditinjau dari kiprahnya berkarier selama delapan tahun menjadi senator, dia menyebut, merupakan politisi yang berpengalaman. Apalagi suami dari Cindy McCain ini dikenal sebagai sosok pahlawan karena ikut bertempur dalam Perang Vietnam sebagai penerbang Angkatan Laut dan pernah menjadi tahanan perang selama lima setengah tahun di penjara yang brutal di Hanoi.
Garis keturunannya sangat jelas dan tak diragukan lagi patriotismenya untuk melindungi Amerika.Kakeknya, John Sidney McCain I (John I) dan ayahnya John II merupakan Laksamana yang memiliki reputasi di Angkatan Laut AS.
Mampukah McCain mengubah keyakinan rakyat AS— yang dalam polling selalu mendukung Obama—untuk mengubah pendiriannya di bilik suara untuk mendukungnya? Ataukah rakyat AS lebih percaya pada Obama yang merupakan kandidat multikultur untuk membawa perubahan yang lebih baik? (wasis wibowo)
Sumber: Koran Sindo, Selasa 4 November 2008 http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/183405/36/
Senin, 03 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar