Sabtu, 25 Februari 2012

Rumah Seribu Malaikat

Tidak semua orang pernah ditawari merawat bayi orang lain. Tetapi itulah yang dialami Yuli. Bukan hanya sekali, tetapi lima kali. Sayangnya, kelima tawaran itu terpaksa ditolak. Kini, Yuli mendapat tawaran keenam. Apa yang harus dilakukan kali ini? Apa sebenarnya maksud Tuhan dengan semua ini?.
Rasanya kita masih sering mendengar betapa orang tua (tiri) memperlakukan secara berbeda anaknya (tiri) padahal ia sudah menjadi bagian keluarga. Bahkan perlakuan berbeda itu bisa saja terjadi pada anak kandung karena ada favoritisme, karena anak yang satu lebih pandai dari yang lain, karena yang satu lebih nakal dari yang lain, dsb.
Takjub, kagum dan mungkin masih tidak percaya itulah yang akan kita rasakan ketika membaca sinopsis pada bagian belakan buku ini. Orang tua paruh baya yang sudah memiliki empat orang anak dengan kondisi kesehatan yang tidak terlalu fit dan keuangan yang biasa-biasa saja bisa merawat dengan ikhlas, penuh amanah dan kasih sayang  puluhan bayi terlantar atau memang sengaja dititipkan oleh orang tua aslinya karena berbagai alasan
Salah satu bukti ketulusan mereka adalah mereka tidak pernah sedikitpun bermaksud memutuskan nasab/pertalian darah dengan orang tua kandung dari bayi-bayi tersebut. Semua bayi-bayi yang dititipkan pada mereka memiliki akta atas nama orang tua kandung mereka. Dan mereka berketetapan ketika bayi-bayi asuhanya sudah baligh, mereka akan diberi tahu orang tua kandung yang sebenarnya. Demikian juga mereka sudah berketetapan hati untuk tidak menceritakan kesulitan ekonomi mereka kepada orang lain ataupun meminta-minta sumbangan.
Membaca memoar ini anda akan melihat bagaimana mereka memperlakukan semua bayi yang dititipkan kepada mereka sama adilnya dengan anak kandung mereka. Anak-anak yang dititipkan tersebut mendapat perhatian, perawatan, makanan bahkan sekolah yang sama bagusnya. Dan ketika beberapa bayi sakit mereka sama cemasnya seperti anak kandung mereka jatuh sakit. Subhanallah!
Memoar ini secara tidak langsung juga akan mengajarkan kepada kita tips-tips dan kiat-kiat parenting. Misalnya bagaimana mereka mengatasi salah sau anak yang sangat hiperaktif dan sulit mmemusatkan perhatian dengan terapi mewarnai dan menggambar. Atau bagaimana Yuli memotivasi anak-anaknya yang tidak mau/berani menyanyi di kelas TK padahal di rumah mereka terbiasa menyanyi keras sekali.
Merawat dan membesarkan puluhan bayi tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.  Dan memoar ini seakan menjawab keraguan kita selama ini bahwa jika kita bersedekah Allah akan menggantinya dengan balasan berlipat ganda. Betapa mereka seringkali di saat kritis atau terpojok mendapatkan rejeki dan uluran tangan yang tidak terduga. Bahkan tukang sayur pun sering  memberikan harga spesial kepada mereka setelah mengetahui begitu banyaknya anak Yuli denga alasan mereka juga ingin menyantuni anak yatim.
Memoar bertabur hikmah ini sangat tepat untuk dijadikan salah satu bacaan untuk menemani hari-hari kita di bulan Romadon. Didalamnya akan banyak kita dapati kejadian kejadian lucu dari bayi-bayi mereka ang akan membuat kita tersenyum. Demikian juga banyak kejadian mengharukan yang akan membuat kita meneteskan air mata (minimal sembab )
Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. *** Cuplikan dari sampul buku

Sumber dari blog sahabat:
http://lippocikarang.wordpress.com/tag/rumah-seribu-malaikat/



Tidak ada komentar: